Pages

Sunday, 7 August 2016

Cerpen PhD - Bagian 1

Bagian 1 - Mood yang melayang

Pagi itu ia masih saja tertungkup di buaian kasur spring tebal, sambil memeluk bantal satu-satunya.
Sesekali ditengoknya jam digital yang ada di atas lemari kecil, nampak menunjukkan jam setengah sembilan pagi.


Ditungkupkan kembali wajahnya di bantal dann sejenak melanjutkan kenikmatan melepas kesibukan tugas-tugas dan deadline pekanan yang menghantuinya.

Serasa satu menit ia terbangun lagi kemudian menengok jam digital berwarna hitam yang sontak membuatnya bangun setelah sadar bahwa semenit di alam mimpi menghabiskan 3 jam di dunia nyata.
Bangkit ia, menuju kamar mandi yang tak terlalu jauh dari kamar tidurnya, sekitar tujuh langkah. Sambil menguap dan masih mengantuk, ia segera berwudhu, mengusap muka, lengan, dahi, telinga dan kaki.

Keluar dari kamar mandi, segera ia mencari sejadah yang biasa ditaruh di atas kursi dekat meja makan namun tak ditemukannya. Setelah kesana kemari ternyata sejadah itu berad di kamar tidur di samping lemari yang tepat berada di samping kasurnya. Dibentangkannyalah sejadah tadi untuk kemudian shalat subuh 2 rakaat. Serba salah memang, saat summer ini, waktu shalat sangat berbeda dibandingkan dengan waktu shalat di negeri tempat tinggalnya semula. Di tempat studinya ini,waktu isya jam 11 malam dan subuh jam 3.30 pagi, sedangkan jam 6.00 pagi sudah syuruq. Terkadang ia bergadang sampai malam menunggu subuh, namun seringkali tertidur hingga bangun agak siang, hingga subuh benar di waktu dhuha.

Setelah shalat, ditengoknya dapur, wangi tumis sayur keciwis (baca: kale) dan soto ayam itu membuat perutnya yang keroncongan segera berkerut minta diisi.

*******

sudah pukul 2 siang, sudah 2 jam ia di kampus, mencoba menelaah kembali apa yang harus dikerjakan untuk riset doktoralnya. tujuan dan research question yang di susun sejak 4 bulan dia mengerjakan riset serasa buram. Serasa kehilangan arah dan dalam ruangan gelap tanpa setitik sinar cahaya pun. Hingga ngantuk pun datang, mood beperbian dan yang tinggal hanyalah keengganan memulai kerja produktif menyelesaikan target dari pembimbing yang tenggat waktunya tinggal dua hari lagi. pertemuan pekanan dengan supervisor yang tinggal dua hari lagi, masih tak mampu membangkitkan moodnya padahal jika tak memiliki progress yang signifikan, pastilah ia menjadi korban sinisme dan omelan supervisornya. ia sudah tau bahwa ia tipe yang tidak enakan, tipe yang biasa mengerjakan suatu pekerjaan dengan sesempurna mungkin. Namun tidak dengan riset doktoral. Ini buaknlah suatu pekerjaan yang bisa selesai dalam sehari begadang atau seminggu kerja keras tanpa pulang. Ini pekerjaan tahunan dan membutuhkan keuletan dan kerja keras yang maksimal. Meski ia sadar akan hal itu, namun tetaplah ketika moodnya jelek, sulit sekali membangunkannya.

Bersyukurnya beberapa kebiasaan prokrastinasi sudah berhasil diatasi dengan beberapa treatment yang dilakukannya bulan lalu. Sekarang ia lebih baik, namun tetap saja, kenapa moodnya sulit sekali bangkit di masa-masa tertentu.

********
Tak terasa pukul 5.23 tiba, ia rasa hari ini ia tak akan banyak mengerjakan hal jika tetap di kampus. Padahal ini hari minggu, tak ada ornag yang datang ke kampus hari minggu, tapi karena rabu, jumat dan sabtu sebelumnya dia tidak ngampus, maka dipaksanya dirinya ke kampus hari ini. Teringat bahwa selasa nanti akan ada pertemuan dengan pembimbingnya sedangkan tak ada progress yang dibuatnya sejak kamis minggu lalu.

Biasanya saat kondisi demikian, pilihan yang muncul adalah pulang, lalu tidur, makan dan bermain sebentar dengan anaknya atau pilihannya adalah mengeprint beberapa paper yang direncanakan untuk dibaca di rumah (padahal pasti tak kan pernah terbaca di rumah) atau pergi ke perpustakkaan mencari inspirasi dan melakukan hal lain.

Hari ini, dipikirnya jika ia pulang pastilah tak akan menghasilkan suatu yang produktif. Jika ia tetap di kampus, tidak produktif juga saat ini, serasa muak melihat tumpukan paper dan muak melihat dual layar monitor komputer di depannya. Bahkan menelusuri situs ebay dan facebook saja tidak minat sama sekali. benar-benar mood yang menghilang.

Sejenak dia membuka tab toggl.com, yang merupakan sebuah aplikasi berbasis web untuk tracker dan timer, ditulisnya: ke perpust mencari inspirasi.

********
Usai shalat ashar jam 5.30, berjamaah di prayer room, dikayuhnya kembali sepedanya menuju perpustakaan. Sejenak terpikir olehnya alangkah nikmatnya jika ia pulang ke rumah saja dibandingkan menuju perpustakaan. Namun sisi lain dari dirinya teringat kembali dengan progressnya yang minim kemudian ia memaksakan dirinya ke perpustakaan.

Di musim panas ini, perpustakaan tidak buka24 jam, hanya sampai jam 9 malam. Hingga pukul 9 malam, tak banyak yang ia lakukan, hanya browsing sana sini, sesekali melihat perangkat lunak elemen hingga yang biasa dipakainya, namun prokrastinasi dalam pikirannya jauh lebih besar daripada semangat dan mood yang ada.

Kemudian ia memutuskan untuk kembali ke rumah tak tau apa yang bisa dilakukannya di rumah. Tak tau bagaimana progress risetnya untuk esok hari. Esok senin bisa jadi supervisornya menemuinya dan menanyakan progress risetnya. Semua itu terbayang terus dalam perjalanannya pulang ke rumah. Akan tetapi saking ngantuknya, dia hanya bisa berencana untuk pulang, makan, shalat magrib lalu tidur setelah isya jam 11. Berharap besok bisa bangun lebih pagi dan mengerjakan risetnya, membangun moodnya dan segera menyelesaikan target-target yang sudah 5 hari ditunda-tundanya karena takut pusing, alasan kehilangan mood, banyak alasan untuk melakukan prokrastinasi.


No comments:

Post a Comment